Review "Jumbo": Film Animasi Indonesia yang Bakal Menghangatkan Hati dengan Visual Spektakuler

Sejak kecil, saya tak pernah lepas dari tontonan animasi. Di akhir pekan, saya rela bangun di pagi hari demi menyaksikan serial animasi di televisi. Namun, dominasi animasi luar negeri begitu kuat, sementara animasi lokal masih bisa dihitung dengan jari. Saya pun bertanya-tanya, kapan Indonesia memiliki animasi berkualitas yang bisa dibanggakan sebagai produk anak bangsa?
Pertanyaan itu pada akhirnya terpecahkan sesudah menonton Jumbo, sebuah film animasi hasil karya orang dalam negeri yang menunjukkan pertumbuhan industri animasi di Indonesia serta keberadaannya memiliki potensi signifikan untuk berkompetisi secara global. Tidak cuma memberikan standar animasi yang memadai, Jumbo pun menghidangkan narasi yang mendalam dan penuh perasaan.
Jumbo menceritakan kisah Don (diperankan suaranya oleh Prince Poetiray dan Den Bagus Sasono), seorang anak berbadan besar yang sering kali jadi objek cemoohan dari teman-temannya. Dia amat mengasihi buku cerita rakyat warisan kedua orangtuanya (oleh Ariel NOAH dan Bunga Citra Lestari). Sesudah sang orangtua meninggalkannya, dirinya hidup serumah dengan neneknya, Oma (diinterpretasikan oleh Ratna Riantiarno).
Tetap bertujuan untuk memperlihatkan keahlian dirinya, Don berpartisipasi dalam acara pementasan bakat sambil menyajikan sebuah cerita dramatis yang diadaptasi dari kumpulan dongeng warisan orangtuanya.
Namun, segalanya berubah ketika buku tersebut dicuri oleh Atta (M. Adhiyat), teman yang selalu mengganggunya. Bersama dua sahabatnya, Nurman (Yusuf Ozkan) dan Mae (Graciella Abigail), Don berusaha untuk merebut kembali bukunya. Di tengah usahanya mendapatkan kembali buku itu, Don bertemu dengan Meri (Quinn Salman), seorang anak misterius yang meminta bantuannya untuk kembali bersatu dengan orang tuanya.
Don bersama teman-temannya mulai menghadapi tantangan baru, mereka tak hanya menghadapi tantangan dalam pertunjukan bakat, tetapi juga menghadapi sosok yang menghalangi pencarian Meri.
Apakah Don dan kawan-kawannya bisa menaklukkan hambatan tersebut? Jawabannya ada dalam film ini.
Jumbo adalah produk dari kerjasama sekitar 400 pembuat konten berasal dari berbagai penjuru Indonesia. Sutradara dan penulis skenario di balik film ini adalah Ryan Adriandhy, sementara produksinya dilakukan oleh Visinema Studios bersama mitra mereka yaitu Springboard dan Anami Films. Berdurasi 102 menit, Jumbo membawa para penonton pada perjalanan visual yang tak sekadar hiburan namun penuh pesan mendalam. Ayo kita bahas ulasan tentang film tersebut!
Kisah yang Sesuai untuk Berbagai KelompokKelebihan utama dari film Jumbo terletak pada kapabilitasnya dalam menceritakan sebuah kisah yang bersifat universal dan dapat dinikmati oleh semua kelompok umur. Animasi cenderung dipandang hanya sebatas hiburan untuk balita atau remaja, tetapi Jumbo sukses melampaui ekspektasi itu dengan menampilkan naratif yang emosional, mencolok tidak hanya bagi penonton cilik tapi juga para orang tua.
Ceritanya diatur secara sistematis, berawal dari perselisihan umum antara remaja, seperti halnya Don yang jadi sasarannya dalam bullying oleh Atta, sampai petualangan Don untuk menegaskankan identitasnya lewat lomba menyanyi dengan mempersembahkan cerita warisan keluarganya. Di bagian tengah dan akhir, film tersebut memberikan pemikiran mendalam seputar pengertian melepaskan sesuatu.
Ciri khas lain dari Jumbo terletak pada cara pemberian motif yang jelas bagi tiap tokohnya. Atta, misalnya, tak hanya diportret sebagai figur lawan (meski menurutku menyebutnya sebagai lawan mungkin agak keliru), melainkan juga memiliki sejarah personal yang mendukung perbuatannya.
Atta lahir dari keterbatasan ekonomi dan hanya memiliki kakaknya sebagai keluarga satu-satunya. Sikapnya yang kasar terhadap Don berbanding terbalik dengan perannya di rumah, di mana ia menunjukkan sisi lain yang lebih rapuh. Jumbo dengan cermat menggambarkan kompleksitas karakter ini, membuat penonton memahami alasan di balik perilaku setiap tokohnya. Hal ini juga berlaku bagi karakter lain yang memiliki latar belakang kuat, terutama dalam konteks anak-anak yang tumbuh tanpa peran orang tua yang lengkap.
Bagi anak-anak, film ini menggambarkan masa kecil yang penuh petualangan dan indahnya pertemanan. Sementara itu, bagi orang dewasa, Jumbo menghadirkan nostalgia akan masa kecil, sekaligus refleksi tentang cara menghadapi kehilangan.
Film ini dengan cermat menunjukkan bagaimana karakter-karakternya merespons duka: Don yang tetap menjalani hari-harinya dengan ceria, dan satu karakter lain yang merupakan orang dewasa (tanpa menyebut spoiler) yang memilih jalan berbeda yakni dendam dalam menghadapi kesedihan.
Di samping itu, Jumbo mempersembahkan dialog-dialog yang menusuk hati dan menyinggung tentang topik-topik seperti individualisme, penghinaan, kesedihan, kebutuhan akan penerimaan, serta krusialnya saling mendengar. Masalah-masalah tersebut membuat Jumbo menjadi bukan hanya hiburan semata untuk kalangan anak-anak, melainkan juga sebuah film yang bisa memberikan pemikiran dalam pada para penonton dewasa.
Kualitas Animasi yang Sama Baiknya seperti PixarSebagai sebuah film animasi dari Indonesia, Jumbo berhasil menunjukkan bahwa industri animasinya dapat menyuguhkan kualitas setara dengan studio besar mancanegara seperti Pixar dan Disney.
Visual detail-nya luar biasa, dimulai dari pilihan skema warna yang serasi, tekstur animasi yang lembut—dapat dilihat pada kain, rambut, dan kulit, termasuk pantulan di genangan air—sampai penggunaan efek kamera yang meningkatkan kesan realistis dalam tiap scene. Di atas semua itu, ekspresi karakter digambar dengan sempurna, sehingga membuat penonton dapat sepenuhnya menangkap perasaan yang dirasakannya.
Menonton Jumbo seperti melihat versi hidup dari cerita-cerita sebelum tidur. Kesan dan gaya berceritanya mirip dengan film-film animasi Pixar, tetapi ditambahkan sentuhan khas Indonesia sehingga tampilan menjadi lebih spesial dan otentik.
Penyiar Suara yang Sukses Memberi Hidup pada Tokoh-tokoh dalam Film IniSatu keunggulan besar dari Jumbo terdapat pada kemampuan para pengisi suaranya dalam membawa hidup setiap tokoh secara efektif. Prince Poetiray berperan sebagai Don, di samping itu Quinn Salman, Graciella Abigail, M. Yusuf Okzan, dan M. Adhiyat juga berhasil merepresentasikan essence dari karakter-karakter anak tersebut melalui nada bicara alami dan enerjik mereka.
Bukan hanya itu saja, BCL yang memberikan suara untuk ibu Don, serta Ariel Noah sebagai pengisi suara bagi ayah Don pun menunjukkan keterampilannya dalam berperan dengan luar biasa. Penggunaan nada dan ekspresi vokal yang mereka tunjukkan berhasil menciptakan emosi yang kuat, sehingga tiap dialog tampak alami dan meyakinkan.
Apresiasi besar pantas disematkan untuk Kiki Narendra, pengisi suara salah satu tokoh utama di Jumbo. Ketekunan dan konsistensinya dalam bernyanyi sejak awal sampai akhir film sangat dipertahankan, serta kemampuannya mengekspresikan emosi melalui dialog berhasil mempengaruhi perasaan para pemirsa, sehingga menjadi salah satu elemen paling memorable dalam cerita tersebut.
Soundtrack yang MemorableBukan hanya menampilkan narasi berkualitas tinggi dan animasi memukau, Jumbo juga disertai dengan soundtrack yang mampu menyentuh hati para pendengarnya. Lagu "Kumpul Bocah", yang dinyanyikan kembali oleh Maliq & The Essentials, membawa penggemar kembali merasakan kenangan manis dari masa kanak-kanak mereka.
Di samping itu, ada sebuah lagu yang dipentaskan oleh Don bersama kawan-kawannya di acara talent show tersebut. Tak hanya sebatas komponen cerita, lagu ini pun turut menghadirkan detak emosi yang mendalam. Penyampaiannya yang menyentuh hati melalui lirik-liriknya mampu memukau para penonton sampai tak sadar justru ikutan berlinang air mata.
Secara umum, berdurasi selama 1 jam 42 menit, Jumbo berhasil menunjukkan bahwa industri animasi di Indonesia sudah mengalami peningkatan. Ceritanya yang kuat, animasinya yang mulus dan rinci, para pengisi suara yang memerankan karakter dengan penuh emosi, bersama latar musik yang tak terlupakan membuat Jumbo menjadi sebuah film yang istimewa.
Bukan cuma membanggakan untuk sektor animasi dalam negeri, film ini pun berpotensi menggapai audiens yang lebih besar lagi. Rencananya, Jumbo akan ditayangkan di 17 negara dan rilisnya di Indonesia pasca perayaan Idulfitri tahun 2025.
Comments
Post a Comment