China Kini Mengacu AS sebagai Pelaku Spionase Global Terhadap Pengguna Ponsel

NewsBlog - Perseteruan geopolitis diantara Amerika Serikat dan Cina terus berlangsung sampai sekarang. Berbagai petinggi AS sering kali menyebutkan tuduhan bahwa China sedang mendekati mereka melalui segala jenis teknologi, yang akhirnya membahayakan keselamatan negara tersebut.

Sebagai contoh, AS pernah menyebutkan bahwa aplikasi media sosial TikTok dipakai oleh pemerintah Cina untuk mengawasi warganya yang berada di AS. Karena alasan tersebut, TikTok pun bisa jadi akan diblokir di negara tersebut.

Sekarang, gilirannya China yang kembali menuduh AS sebagai pelaku mata-mata. Berdasarkan laporan dari Aliansi Industri Keamanan Siber China (CCIA), disebutkan bahwa badan intelijen Amerika Serikat secara sembunyi-sembunyi mengumpulkan data para pengguna. smartphone di seluruh dunia.

Badan intelijen Amerika juga dituduh menggunakan perangkat penyusup untuk membuka akses ke kartu SIM, sistem operasi, dan berbagai aplikasi pada ponsel pintar. Di samping itu, mereka fokus pada WiFi, Bluetooth, GPS serta jaringan selular guna melacak pemiliknya secara diam-diam tanpa izin.

Data yang diyakini dikumpulkan mencakup data pribadi, detail akun, rekam jejak perangkat, serta sejarah lokasi.

Walau laporan CCIA itu menyebut "smartphone" secara umum, iPhone konon menjadi target utama pengumpulan data. Lantas bagaimana intelijen AS meretas iPhone yang selama ini dikenal aman? Apakah menggunakan metode lazim seperti lewat tautan palsu?

Diduga pakai teknik "zero-click"

Menurut CCIA, badan intelijen AS menggunakan teknik serangan "zero-click". Teknik ini memungkinkan pihak peretas menginfeksi ponsel tanpa mengharuskan korban mengeklik atau membuka apa pun.

Cara ini tidak sama dengan pendekatan tersebut. phishing, Yang sering menggunakan link palsu dengan mengecoh korbannya agar mengklik tautan itu.

Dalam pelaksanaannya, para peretas menyuntikkan pesan-pesan tersembunyi ke dalam aplikasi iMessage milik target. Pesan tersebut membawa informasi atau beban yang dimaksud. spyware di background ponsel.

Saat spyware terpasang, peretas dapat mengakses pesan, log panggilan, foto, hingga data lokasi korban secara real-time.

CCIA menyatakan bahwa dengan menerapkan teknik tersebut, pemantauan data dari perangkat dapat berlangsung untuk waktu yang lama, serta tanpa adanya pengetahuan atau izin dari pihak terkait.

Bukan smartphone saja

Bukan hanya mengintai pengguna melalui smartphone , badan inteligen AS juga diklaim "menyerang" perangkat dan layanan lainnya termasuk:

  • Data center perusahaan IT besar
  • Operator seluler
  • Penyedia layanan internet (ISP)
  • Kabel USB dan alat transfer data

Melalui beragam usaha itu, institusi dari Amerika Serikat ini diyakini mampu mengawasi pengguna secara massal sambil juga membuatnya sulit bagi pengguna untuk menutupi informasi pribadi mereka.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, CCIA mengingatkan bahaya dari serangan siber ini yang mencemaskan bagi seluruh penggunanya. smartphone. Selain itu, badan intelijen Amerika Serikat disebut pula menggunakannya virus trojan serta metode tersembunyi untuk pengawasan. smartphone, perusahaan hingga pemerintah.

Oleh karena itu, aliansi industri siber di China mengungkapkan pentingnya kolaborasi internasional dalam memperkuat keamanan cyber guna menangkal praktek pemantauan yang tak terlihat.

CCIA mendorong adanya peraturan perlindungan data yang lebih ketat untuk menghalangi praktek pengepulan informasi rahasia individu tanpa persetujuan oleh lembaga keamanan Amerika Serikat.

Di samping itu, CCIA juga mengutamakan kolaborasi antara pemerintahan, bisnis, dan konsumen dalam rangka memelihara keamanan cyber, sebagaimana dikumpulkan. KompasTekno dari GizChina, Jumat (28/3/2025).

Comments

Popular posts from this blog

Korlantas Cabut Aturan One Way dari KM 414 Kalikangkung hingga KM 70 Cikampek Utama

Ular Kobra Jawa Mengancam Kota Boyolali: Mengecoh Damkar dan Bersembunyi di Tumpukan Kayu

Viral: Kelahiran Caesar Tanpa Ditangani BPJS karena Kunjungan Jarang, Humas Berikan Penjelasan